Di usia 29 tahun, namaku Arin Al-Aziz. Aku adalah seorang yang masih berjuang untuk menemukan peran dan kontribusi terbaikku dalam Muhammadiyah, organisasi yang telah menjadi bagian integral dari kehidupanku sejak masa remaja. Meskipun belum banyak yang telah kulakukan untuk organisasi ini, komitmen dan dedikasiku tak pernah luntur. Aku yakin, dengan semangat dan tekad yang kuat, aku bisa menjadi salah satu kader terbaik yang dimiliki Muhammadiyah.
Setiap kata dalam Pedoman MPK (2010) tentang kader Muhammadiyah seperti mantra yang terus berdentum di dalam kepalaku. Kader adalah inti yang terlatih dan berkomitmen pada perjuangan dan cita-cita Persyarikatan. Itulah yang membuatku tak bisa berhenti berpikir, “Apakah aku sudah layak menjadi seorang kader?”
Membaca ulang potongan teks itu membuatku semakin yakin bahwa menjadi kader bukanlah sekadar gelar atau posisi, melainkan sebuah tanggung jawab yang besar. Aku ingin menjadi bagian dari orang-orang yang berkualitas, yang dipilih dan berpengalaman dalam berorganisasi, yang mampu menaikkan derajat organisasi dan membawa perubahan positif bagi masyarakat.
Meskipun belum banyak pengalaman dalam organisasi, tekadku untuk menjadi kader terbaik tak pernah surut. Aku percaya bahwa dengan ketekunan dan semangat yang kuat, aku bisa mengejar ketertinggalanku dan berkontribusi secara maksimal untuk Muhammadiyah.
Selama 4 tahun terakhir, aku telah aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan pendidikan yang diselenggarakan oleh Muhammadiyah Kota Blitar. Meskipun masih baru, aku selalu memberikan yang terbaik dan berusaha mempraktikkan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh organisasi.
Namun, lebih dari sekadar aktif dalam kegiatan, aku menyadari bahwa menjadi seorang kader membutuhkan lebih dari sekadar kehadiran fisik. Aku harus berusaha lebih keras, terus meningkatkan diri, dan memperluas pemahamanku tentang visi dan misi Muhammadiyah. Itu sebabnya, aku menghabiskan waktu luangku untuk membaca dan berdiskusi lebih banyak tentang nilai-nilai organisasi.
Setiap langkah yang aku ambil, aku lakukan dengan penuh kesungguhan dan keyakinan bahwa ini adalah bagian dari perjalanan menuju kekaderan yang sejati. Aku percaya bahwa proses perkaderan adalah tahapan penting dalam pengembangan diri seorang individu, dan aku siap untuk melaluinya dengan penuh semangat dan dedikasi.
Dalam perjalanan panjang menuju kekaderan, aku tidak sendirian. Aku dikelilingi oleh para mentor dan sesama anggota Muhammadiyah yang selalu memberikan dukungan dan bimbingan. Mereka adalah teladan bagi ku, mereka yang telah melalui perjalanan yang sama dan berhasil menjadi kader yang tangguh dan berpengaruh.
Melalui perjalanan ini, aku semakin memahami hakikat seorang kader Muhammadiyah. Sebagai anggota inti yang diorganisir secara permanen, aku menyadari bahwa tanggung jawabku tidak hanya terbatas pada lingkungan Persyarikatan, tetapi juga kepada umat dan bangsa. Aku harus siap menjalankan tugas dan misi dengan penuh tanggung jawab, demi mencapai tujuan mulia Muhammadiyah.
Selama perjalanan ini, aku juga semakin menyadari betapa pentingnya regenerasi kepemimpinan dalam organisasi. Sebagai seorang kader, aku harus tidak hanya fokus pada pengembangan diri sendiri, tetapi juga membantu mempersiapkan generasi berikutnya untuk mengambil alih estafet kepemimpinan. Itulah yang membuat peran seorang kader begitu penting dan berharga dalam gerakan pembaharuan dan amal usaha Muhammadiyah.
Saat ini, aku masih terus berjuang dan belajar. Aku tahu bahwa perjalanan menuju kekaderan yang sejati tidak akan mudah, tetapi aku percaya bahwa dengan tekad dan komitmen yang kuat, aku akan mencapai tujuanku. Aku yakin bahwa suatu hari nanti, aku akan menjadi salah satu kader terbaik yang dimiliki oleh Muhammadiyah, dan dapat mewariskan semangat dan nilai-nilai organisasi ini kepada generasi yang akan datang