Sobat Catatan Arin,
Pernahkah kamu merasakan hangatnya tempat yang bukan hanya mendidik, tapi juga merawat? Tempat yang tak sekadar memberi nilai di rapor, tapi juga menanamkan nilai dalam hidup? Kalau belum, izinkan aku memperkenalkan: SMA Muhammadiyah 1 Blitar—sekolah yang menurutku lebih layak disebut “rumah tumbuh”.
Bukan karena aku diamanahi menjadi kepala sekolah di sana. Tapi karena setiap hari, aku menyaksikan sendiri bagaimana tempat ini menjadi ladang amal, ruang berkembang, dan pelabuhan harapan bagi banyak anak muda dan keluarga mereka.
Sekolah yang Punya Arah, Bukan Sekadar Jadwal
Di saat banyak sekolah sibuk mengejar kurikulum, SMA Muhammadiyah 1 Blitar punya sesuatu yang lebih mendalam: arah pendidikan yang jelas.
Kurikulum di sini tidak hanya fokus pada pengetahuan, tapi juga pembentukan karakter dan spiritualitas. Di tengah gempuran dunia digital dan krisis nilai, kami tetap menjadikan Al-Qur’an dan Hadis sebagai pijakan utama. Prinsip ta’dib (pendidikan adab) kami jadikan ruh dalam setiap proses pembelajaran.
Artinya, kami tidak hanya mendidik anak-anak agar pintar, tapi juga beradab, santun, dan tahu arah hidupnya.
Guru yang Bukan Hanya Mengajar, Tapi Mengasuh
Salah satu keunggulan sekolah ini adalah guru-gurunya. Mereka bukan sekadar pengajar, tapi juga sahabat dan pengasuh jiwa. Banyak dari mereka yang datang pagi bukan karena takut telat, tapi karena memang rindu bertemu murid dan teman-temannya.
Ada guru yang rela menyisihkan waktu sepulang sekolah hanya untuk mendengar curhat siswa. Ada yang setiap hari menyisipkan doa di awal pelajaran. Dan ada yang dengan sabar membimbing anak-anak yang masih belum lancar membaca Al-Qur’an.
Di SMA Muhammadiyah 1 Blitar, hubungan guru dan siswa bukan soal atasan dan bawahan, tapi seperti keluarga—dengan kasih sayang dan tanggung jawab yang tulus.
Lingkungan yang Menumbuhkan, Bukan Menekan
Aku percaya bahwa tempat belajar yang baik adalah yang membuat anak merasa aman menjadi dirinya sendiri.
Di sekolah ini, kami berusaha keras membangun lingkungan yang positif. Mulai dari pembiasaan, pendampingan, hingga program ekstrakurikuler yang variatif—semuanya dirancang agar siswa bisa menemukan diri, bakat, dan tujuan hidup mereka.
SMA Muhammadiyah 1 Blitar bukan tempat yang memaksa anak menjadi apa yang tidak mereka inginkan. Kami justru menjadi teman dalam proses mereka mencari jati diri—baik itu lewat dakwah, karya seni, olahraga, debat, bahkan wirausaha muda.
Ruh Muhammadiyah yang Menghidupkan
Apa yang membedakan sekolah Muhammadiyah dari sekolah lainnya?
Jawabannya ada pada ruh gerakan dakwah dan pembaruan yang terus mengalir dalam setiap denyut aktivitas sekolah. Di sini, amar ma’ruf nahi munkar bukan hanya slogan, tapi menjadi prinsip hidup siswa dan guru. Nilai-nilai keislaman bukan tempelan, tapi tertanam sejak pagi hingga pulang.
Dan yang paling membahagiakan? Saat melihat siswa bisa jadi imam di masjid, memimpin doa dengan lancar, dan memahami Islam dengan penuh cinta—bukan ketakutan.
Inovatif Tapi Tetap Membumi
Kami juga sadar bahwa zaman berubah, dan pendidikan tak bisa terus berada di zona nyaman.
Maka kami menggabungkan nilai-nilai Islam dengan teknologi dan kreativitas modern. Digitalisasi pembelajaran sudah kami lakukan lewat media pembelajaran interaktif, hingga integrasi literasi digital dalam berbagai mata pelajaran.
Tapi meski bergerak ke depan, kaki kami tetap menapak di bumi. Semua inovasi tetap berpijak pada prinsip: ilmu harus membawa manfaat dan mendekatkan pada Allah.
Sekolah yang Dekat dengan Orang Tua
Pendidikan bukan urusan sekolah saja. Karena itu, kami terus berusaha membangun komunikasi yang hangat dan terbuka dengan orang tua.
Melalui grup WA kelas, forum wali murid, hingga konsultasi personal, kami ingin memastikan bahwa setiap orang tua tahu apa yang terjadi di sekolah dan bisa terlibat dalam pertumbuhan anak-anak mereka.
Kita tidak ingin hanya mencetak lulusan, tapi membentuk generasi yang siap menatap masa depan dengan iman dan ilmu.
Sekolah yang Membekas di Hati
Sobat, SMA Muhammadiyah 1 Blitar bukan sekolah besar dengan gedung pencakar langit atau fasilitas super mewah. Tapi ia punya sesuatu yang mahal: ruh, cinta, dan arah.
Bagi kami, keberhasilan pendidikan bukan hanya soal kelulusan 100% atau masuk universitas ternama. Tapi saat kami tahu, bahwa setelah lulus, siswa-siswa kami tetap salat, tetap sopan, tetap peduli, dan tetap punya idealisme.
Itulah prestasi sejati.
Dan itulah mengapa aku mencintai sekolah ini.
Salam hangat,
Arin Al-Aziz
Blitar, dari sekolah yang tak pernah berhenti mendidik—termasuk mendidikku sendiri.