15 abad yang lalu, ada seorang pemuda yang menceritakan kisah dirinya. Dikisahkan kepada Abdullah ibnu Abbas. Pemuda ini merupakan sahabat Nabi yaitu Salman Al-Farisi yang berasal dari Asbahan, Jayy. Pencarian panjang dalam menemukan kebenaran. Ayahnya merupakan orang terpandang di daerah Jayy. Ayah Salman adalah seorang Majusi penyembah api.
Salman merupakan anak kesayangan sehingga dipercaya untuk mengawasi api yang ayahnya nyalakan. Ayahnya sangat menyayangi Salman sehingga membatasi dirinya dari dunia luar.
Suatu ketika ayahnya meminta Salman pergi ke kebun milik ayahnya, dan pergilah Salman memenuhi tugas ayahnya. Dalam perjalanannya, Salman melihat seseorang beribadah di gereja. Salman akhirnya penasaran, dan masuklah ke dalam gereja.
Hingga petang, Salman belum kembali ke rumah. Ayahnya mengirim seseorang untuk mencarinya. Bertemulah Salman dengan ayahnya. Salman menceritakan apa yang baru saja dilihatnya dan termasuk ketertarikannya dengan agama Nasrani. Sang ayah langsung mengatakan bahwa tidak ada kebaikan pada agama Nasrani dan agama Majusi adalah agama nenek moyang yang paling baik.
Daftar Isi
Perjalanan ke Negeri Syam
Rasa keyakinan Salman terhadap agama Nasrani membuatnya mengikuti rombongan pedagang Nasrani kembali ke Syam. Ketika tiba di Syam, Salman segera mencari orang yang paling alim dari agama Nasrani tersebut. Orang-orang menunjuk seorang pendeta di dalam gereja. Salman mengatakan kepada pendeta bahwa ia menyukai agama Nasrani dan ingin berkhidmat di gereja.
Suatu ketika Salman mengetahui keburukan dari pendeta tersebut. Berkisah Salman bahwa pendeta menyuruh orang-orang membayar sedekah, namun ia menyimpan untuk dirinya sendiri dan tidak dibagikan ke orang miskin. Hingga akhirnya pendeta meninggal, Salman menceritakan keburukan kepada kaumnya.
Sebelum pendeta meninggal, Salman bertanya kepada siapa harus berguru ketika pendeta tiada. Pendeta menunjuk seseorang di Musil, kota besar di Barat Laut Iraq.
Perjalanan Salman ke Musil, Barat Laut Iraq
Pergilah Salman ke negeri Musil mendatangi pendeta yang dimaksud. Tak berselang lama, pendeta tersebut meninggal. Sebelum meninggal, Salman bertanya kepada siapa harus berguru ketika pendeta tiada. Pendeta itu menunjuk seseorang di Nisibin, sebuah kota di tengah perjalanan antara Musil dan Syam.
Perjalanan Salman Ke Nisibin
Hal yang serupa terjadi. Orang yang diikuti Salman meninggal. Sebelum orang tersebut meninggal, Salman bertanya kepada siapa dia harus mengikuti. Orang tersebut memberi wasiat Salman untuk mengikuti seseorang di Amuriyah.
Perjalanan Salman ke Amuriyah, Bagian dari Wilayah Timur Kekaisaran Romawi
Pergilah Salman ke orang yang dimaksud. Di Amuriyah, Salman bekerja dan memperoleh beberapa ekor kambing dan sapi. Tak berselang lama, hal yang serupa terjadi. Laki-laki Amuriyah meninggal. Sebelum meninggal, Salman bertanya kepada siapa dia harus mengikuti. Namun kali ini jawaban yang didapat Salman berbeda.
“Wahai anakku, aku tidak mengenal seorang pun yang berpegang pada perkara agama yang sama dengan kita. Namun seorang Nabi akan datang pada masa kehidupanmu. Dan Nabi ini ada di agama yang sama dengan agama Ibrahim.”
Laki-laki Amuriyah menggambarkan Nabi Muhammad SAW. Dia datang dari negeri Arab dan akan hijrah ke wilayah antara dua wilayah yang dipenuhi batu-batu hitam. Ada pohon-pohon kurma yang tertanam di tengah-tengah kedua wilayah ini. Dia dapat dikenali dengan tanda-tanda tertentu. Dia menerima hadiah namun tidak makan dari sedekah. Stempel kenabian ada diantara pundaknya.
Suatu hari, pedagang dari Bani Kalb melewatinya. Salman memintanya untuk membawa ke negeri Arab. Sebagai ganti, Salman akan memberikan sapi dan kambing yang dimilikinya. Namun ketika mendekati Wadi al-Qura, pedagang Bani Kalb tersebut menipu Salman dan menjual sebagai budak kepada orang Yahudi.
Suatu ketika sepupu majikan Salman dari suku Yahudi Bani Quraidha di Madinah berkunjung dan membeli Salman. Ia lantas membawa Salman ke Madinah. Hingga suatu hari, Nabi Muhammad hijrah ke Madinah.
Kisah Salman di Madinah
Salman yang sedang menunaikan tugas sebagai budak di atas pohon kurma mendengar ada seorang laki-laki yang datang dari Mekkah dan mengaku dirinya seorang Nabi. Hati Salman langsung bergetar hebat.
Malam harinya, Salman menemui Rasulullah di Quba. Salman memberikan apa yang disimpannya sebagai sedekah. Ia menawarkan kepada Rasulullah dan para sahabat untuk makan. Namun Rasulullah tidak memakan sedekah. Dari situ Salman yakin bahwa orang tersebut merupakan Nabi yang dimaksud.
Salman kemudian mendatangi Nabi dan membawakan hadiah. Nabi pun makan hadiah dari Salman. Dari situ Salman melihat dua tanda kenabian pada diri Rasulullah.
Pertemuan ketiga ketika Salman datang ke Baqi’. Ia mengucapkan salam dan berputar ke belakang. Nabi menyadari bahwa ia ingin membuktikan tanda kenabian kemudian Rasulullah melepaskan kain di punggunya dan ia melihat stempel kenabian di antara pundaknya.
Perjumpaan dengan Rasulullah
Salman seketika langsung memeluk dan mencium Rasulullah. Salman menangis. Lantas ia mengucapkan syahadat. Salman menceritakan kisahnya kepada Rasulullah dan para sahabat. Kemudian Rasulullah meminta para sahabat membebaskan Salman.
Kisah Salman Al-Farisi sangat inspiratif. Betapa follower sejati itu senantiasa pantang menyerah dalam mencari kebenaran. Mengorbankan kenikmatan dunia untuk mencari kebenaran. Jadilah pengikut setia Nabi. Apa yang berani kita korbankan untuk Allah dan rasul-Nya? Allah tidak pernah menyelisihi janji-Nya. Janji Allah untuk hamba yang setia adalah berjumpa dengan yang dicintainya.